Sabtu, 28 Maret 2015

PENYEBARAN SUNNAH DI MASA RASULULLAH


repost tulisan lama...

PENYEBARAN SUNNAH DI MASA RASULULLAH

oleh: Dwi Sukmanila Sayska, MIS

Al-sunnah tersebar seiring dengan tersebarnya al-Quran sejak ditegakkan syiar Islam. Pada semua tahapan dakwah Rasulullah sama ada di Mekkah maupun Medinah, Beliau menyampaikan risalah ilahiyah kepada ummat manusia, memberi fatwa, memutuskan perkara dan hukum-hukum, memimpin mereka pada saat damai maupun perang, berkhutbah, serta mendidik dan mengajari mereka mengenai agama baru yang mulia ini. Para sahabat generasi awal pun sangat bersemangat mempelajari dan menghafal ilmu-ilmu baru yang mereka terima dari Nabi saw. Sehingganya, banyak faktor yang memungkinkan dan menjamin al-Sunnah menyebar dengan cepat dan merata ke pelbagai kawasan dunia.

Manurut  Ajaj al-Khatib dalam kitabnya Sunnah Qobla Al-Tadwin (lihat hlmn 68-73), kita dapat menyimpulkan, diantara faktor-faktor pendukung tersebut ialah:
1.    Semangat dan kesungguhan Rasulullah saw dalam menyampaikan dakwah menyebarkan Islam. Beliau memanfaatkan setiap metode dalam setiap kesempatan dan periode dakwah. Tampa mengenal siksaan dan kepayahan, Beliau senantiasa berbuat maksimal dalam menyampaikan risalah sehingga kokohlah Islam dan kuatlah kedaulatannya. Mesjid merupakan tempat paling utama untuk menuntut ilmu, mendengar fatwa dan mendapat nasehat bagi para sahabat. Dari Menurut penelitian M.M. Azami tentang sejarah perkembangan ilmu pengetahuan di zaman Rasulullah saw, pada tahun 2 H madrasah-madrasah sudah mulai dibuka. rbukti dengan penuturan Ibn Saad, ketika Ummi Maktum tiba di Medinah sesudah perang Badar, ia tinggal di “Dar al-Kubra” (rumah para pembaca al-Quran) iaitu rumah milik Makhrimah bin Naufal (Ibnu Sa’ad, jld 1 hlmn 150). Selain itu tidak mustahil adanya sekolah-sekolah lain, seperti dituturkan Ibnu Mas’ud, bahawa pada waktu ia belajar al-Quran dari Rasulullah saw, sebanyak tujuh puluh surah, Zaid bin Thabit telah mempunyai sejenis buku yang disimpan di “kuttab”/tempat-tempat belajar.(Musnad Imam Ahmad, jld 1 hlmn 273). Pemakaian kata “kuttab” pengganti kata ’suffah” menunjukkan bahawa saat itu ada tempat belajar untuk kanak-kanak. Di Medinah peta pada waktu itu telah menunjukkan ada sembilan mesjid (al-Badzuri, al-Ansab, jld 1 hlmn 273), yang kemungkinan juga dipakai sebagai madrasah.(MM A’zami, 1980, 85) Rasulullah saw juga menyelang-nyelingi pemberian nesahat antara suatu waktu dan waktu lainnya, kerana pengajaran dan penyuluhan yang monoton dan langsung-menerus akan menimbulkan rasa bosan dalam jiwa, sehingga tujuan yang ingin dicapai tidak maksimal. Abdullah bin Mas’ud berkata: Rasulullah saw mengganti-ganti waktu pengajaran kepada kami, kerana tidak ingin kami bosan. (Bukhari, jld 1 hlmn 172 dan 173, dan Ahmad jld 5 hlmn 202)
2.    Karaktristik Islam dan sistim kehidupan baru yang dibawanya. Ini membuat masyarakat bertanya-tanya apa sesungguhnya Islam itu, bagaimana hukumnya dan tujuan yang akan dicapai. Islam memberikan nuansa baru dalam kehidupan masyarakat jahiliyah yang serba keras dan biadab. Banyak yang mendatangi Rasulullah saw dari tempat yang jauh sekalipun, untuk mempertanyakan tentang Islam dan akhirnya memeluk agama rahmah ini dan kemudian menyampaikannya pula kepada orang lain.
3.    Semangat para sahabat Rasulullah saw dan motivasi mereka mencari ilmu, menghafalkan dan menyampaikan kepada orang lain. Kecintaan mereka kepada Rasulullah saw membuat mereka senantiasa memperhatikan tentang semua segi kehidupan Rasul untuk diteladani dan dipraktekkan dalam kehidupan harian.
4.    Ummahatul-mukminin yang menjadi tempat bertanya bagi kaum muslimin terutama para sahabiyah jika mereka malu langsung bertanya kepada Rasulullah saw tentang pelbagai hukum dan sunnah Rasulullah saw. Mereka akan mendapatkan jawaban dari istri-istri Rasulullah yang selalu berkomunikasi dan mempelajari pelbagai hal secara langsung dari Beliau, terutama masalah rumah tangga dan wanita.
5.    Para sahabiyah pula mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam penyebaran sunnah Rasulullah. Mereka senantiasa bertanya bila ada perkara-perkara yang tidak difahami dan diketahui hukumnya, dan mengajarkan kepada muslimah lainnya. Rasulullah juga menitikberatkan pendidikan muslimah dengan menyediakan waktu khusus untuk majelis mereka (lihat Musnad Ahmad hlmn 85 juz 13 hadis ke-7351 dan Fathul Bari jld 1 hlmn206). Sehingga mereka telah menjadi wanit-wanita terpelajar dan menebar teladan untuk ummat, di saat para wanita hanya menjadi budak dunia dan hamba sahaya di Eropa sana.
6.    Pengaruh para da’i dan utusan yang dikirim ke daerah-daerah.Sejak bai’at Aqabah pertama Rasulullah saw telah mulai mengirimkan utusan, iaitu Mus’ab bin Umair untuk mengajarkan Islam kepada penduduk Medinah. Setelah hijrah terutama saat berlaku perjanjian Hudaibiyah, Rasulullah saw mengirimkan da’i-da’i kepada kabilah-kabilah sekitar Medinah dan di pelosok-pelosok negeri untuk mengajarkan hukum dan sistim kehidupan Islam. Rasulullah saw senantiasa mengarahkan setiap utusan untuk berdakwah kepada Allah dengan hikmah dan nasihat yang baik, serta tidak mempersulit apapun, hendaknya mempermudah dan memberi kabar gembira, sehingga dakwah akan mudah diterima oleh pelbagai kalangan. Di antara contohnya iaitu: wasiat Rasulullah saw kepada Muaz bin Jabal dan Abu Musa al-Anshari ketika keduanya diutus ke Yaman.(lihat sahih Bukhari, juz 3 hlmn 72. pengiriman untusan itu terjadi pada tahun 7 H). Begitu pula nasihat dan motivasi Beliau kepada Ali bin Abi Thalib ketika diutus ke Yaman sebagai qadhi.(Musnad Imam Ahmad, juz 2, hlmn 72, hadis ke-666, melalui isnad sahih.) disamping itu, Rasulullah saw juga mengirimkan utusan kepada raja-raja diantaranya kepada; kaisar Romawi (lihat sirah Ibnu Hisyam juz 4 hlmn 279 dan sahih Muslim juz 3 hlmn 1393 dan 1397, da lihat pula keterangan tentang para utusan kepada raja-raja dan para gubernur secara terperinci dalam kitab al-Mishah al-Mudli’, hlmn 60-114), kepada gubernur Bashrah, gubernur Damaskus (wilayah ekuasaan Helakrius), al-Najasyi (Raja Habsyhah), Kisra (raja Persia) dan al-Munzir bin Sawi (Raja Bahrain). Selain itu Beliau juga menulis surat ke Aman, Yamamah dan daerah-daerah lain. Bagi setiap kaum atau kabilah yang memeluk Islam, Rasulullah saw akan mengangkat seorang gabenor dari mereka dan mengirimkan sahabat untuk mengajarkan Islam kepada mereka.
7.    Fathu’l Makkah yang terjadi setelah Musyrik Qurays melanggar perjanjian Hudaibiyah pada tahuan 8 H, dimana Rasulullah saw menyeru semua kabilah yang telah memeluk Islam umtuk hadir di Medinah pada bulan Ramadhan. Bersama 10.000 mujahid, Beliau berangkat ke Makkah. (lihat sirah Ibnu Hisyam, juz 4 hlmn 17). Setelah berhasil menaklukkan Makkah tampa pertumpahan darah dan menghancurkan berhala-berhala, Rasulullah saw berpidato di depan semua muslimin dan musyrikin. Kemudian semua manusia secara serentak membai’at Rasululllah saw. Peristiwa bersejarah tersebut, disaksikan oleh banyak sahabat dalam jumlah yang tidak terhad, sehingga semua yang hadir saat itu, menyampaikan pidato Rasulullah ke pelbagai kawasan.
8.    Haji wada’ pada bulan Zulhijjah tahun 10 H, juga merupakan perstiwa penting dalam sejarah penyebaran sunnah Rasulullah saw. Beliau menunaikan ibadah haji bersama sekelompok besar sahabat yang berjumlah sekitar 90.000 orang (tedapat perbezaan riwayat tentang jumlah kaum muslimin yang ikut hadir pada haji wada,. Menurut satu riwayat dari Abu Zur’ah, jumlahnya 40.000 orang sahaja. Lihat Talqih Ahl al-Atsar hlmn 27). Ketika wuquf di Arafah, Beliau berpidato dengan tajuk yang lengkap dan mencakup pelbagai persoalan agama. Dan Beliau berwasiat agar sahabat yang hadir, menyampaikan kepada yang tidak hadir.
9.    Setelah penaklukkan Makkah dan haji Wada’, utusan-utusan dari pelbagai kawasan dan kabilah datang ke Medinah untuk membai’at Rasulullah dan bersatu di bawah panji agama Allah. Rasulullah menyambut baik setiap utusan yang datang dan mengajari mereka tentang Islam dan sistim kehidupannya. Sebahagian mereka bermukim di Medinah beberapa hari sebelum kembali ke kaumnya masing-masing untuk menyampaikan ajaran Islam. Sehingga mereka melihat dengan jelas perilaku dan ibadah yang dicontohkan secara langsung oleh Rasulullah dan mendengar hadis-hadis dari Beliau. Diantara utusan-utusan tersebut adalah: Dhimam bin Tsa’labah, Abdul Qais, utusan Bani Hanifah, Thai, Kindahm Azdasynuah dan utusan raja-raja Himyar. Selain itu ada pula utusan dari kabila Hamdan dan Tujaib, Bani Sa’d, Huzaim dan masih banyak lagi.(lihat Sirah Ibnu Hisyam juz 2 hlmn 221).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar