repost tulisan lama...
PENYEBARAN SUNNAH DI MASA RASULULLAH
oleh: Dwi
Sukmanila Sayska, MIS
Al-sunnah
tersebar seiring dengan tersebarnya al-Quran sejak ditegakkan syiar Islam. Pada
semua tahapan dakwah Rasulullah sama ada di Mekkah maupun Medinah, Beliau
menyampaikan risalah ilahiyah kepada ummat manusia, memberi fatwa, memutuskan
perkara dan hukum-hukum, memimpin mereka pada saat damai maupun perang,
berkhutbah, serta mendidik dan mengajari mereka mengenai agama baru yang mulia
ini. Para sahabat generasi awal pun sangat bersemangat mempelajari dan
menghafal ilmu-ilmu baru yang mereka terima dari Nabi saw. Sehingganya, banyak
faktor yang memungkinkan dan menjamin al-Sunnah menyebar dengan cepat dan
merata ke pelbagai kawasan dunia.
Manurut Ajaj
al-Khatib dalam kitabnya Sunnah Qobla Al-Tadwin (lihat hlmn
68-73), kita dapat menyimpulkan, diantara faktor-faktor pendukung tersebut
ialah:
1.
Semangat dan
kesungguhan Rasulullah saw dalam menyampaikan dakwah menyebarkan Islam. Beliau memanfaatkan setiap metode dalam setiap kesempatan dan periode
dakwah. Tampa mengenal siksaan dan kepayahan, Beliau senantiasa berbuat
maksimal dalam menyampaikan risalah sehingga kokohlah Islam dan kuatlah
kedaulatannya. Mesjid merupakan tempat paling utama untuk
menuntut ilmu, mendengar fatwa dan mendapat nasehat bagi para sahabat. Dari
Menurut penelitian M.M. Azami tentang sejarah perkembangan ilmu pengetahuan di
zaman Rasulullah saw, pada tahun 2 H madrasah-madrasah sudah mulai dibuka.
rbukti dengan penuturan Ibn Saad, ketika Ummi Maktum tiba di Medinah sesudah
perang Badar, ia tinggal di “Dar al-Kubra” (rumah para pembaca
al-Quran) iaitu rumah milik Makhrimah bin Naufal (Ibnu Sa’ad, jld 1 hlmn 150).
Selain itu tidak mustahil adanya sekolah-sekolah lain, seperti dituturkan Ibnu
Mas’ud, bahawa pada waktu ia belajar al-Quran dari Rasulullah saw, sebanyak
tujuh puluh surah, Zaid bin Thabit telah mempunyai sejenis buku yang disimpan
di “kuttab”/tempat-tempat belajar.(Musnad Imam Ahmad, jld 1 hlmn 273).
Pemakaian kata “kuttab” pengganti kata ’suffah” menunjukkan bahawa saat itu ada
tempat belajar untuk kanak-kanak. Di Medinah peta pada waktu itu telah
menunjukkan ada sembilan mesjid (al-Badzuri, al-Ansab, jld 1 hlmn 273), yang
kemungkinan juga dipakai sebagai madrasah.(MM A’zami, 1980, 85) Rasulullah saw
juga menyelang-nyelingi pemberian nesahat antara suatu waktu dan waktu lainnya,
kerana pengajaran dan penyuluhan yang monoton dan langsung-menerus akan
menimbulkan rasa bosan dalam jiwa, sehingga tujuan yang ingin dicapai tidak maksimal.
Abdullah bin Mas’ud berkata: Rasulullah saw mengganti-ganti waktu pengajaran
kepada kami, kerana tidak ingin kami bosan. (Bukhari, jld 1 hlmn 172 dan 173,
dan Ahmad jld 5 hlmn 202)
2.
Karaktristik
Islam dan sistim kehidupan baru yang dibawanya. Ini membuat masyarakat bertanya-tanya apa sesungguhnya Islam itu,
bagaimana hukumnya dan tujuan yang akan dicapai. Islam memberikan nuansa baru
dalam kehidupan masyarakat jahiliyah yang serba keras dan biadab. Banyak yang
mendatangi Rasulullah saw dari tempat yang jauh sekalipun, untuk mempertanyakan
tentang Islam dan akhirnya memeluk agama rahmah ini dan kemudian
menyampaikannya pula kepada orang lain.
3.
Semangat para
sahabat Rasulullah saw dan motivasi mereka mencari ilmu, menghafalkan dan
menyampaikan kepada orang lain. Kecintaan
mereka kepada Rasulullah saw membuat mereka senantiasa memperhatikan tentang
semua segi kehidupan Rasul untuk diteladani dan dipraktekkan dalam kehidupan
harian.
4.
Ummahatul-mukminin
yang menjadi tempat bertanya bagi kaum
muslimin terutama para sahabiyah jika mereka malu langsung bertanya kepada
Rasulullah saw tentang pelbagai hukum dan sunnah Rasulullah saw. Mereka akan
mendapatkan jawaban dari istri-istri Rasulullah yang selalu berkomunikasi dan
mempelajari pelbagai hal secara langsung dari Beliau, terutama masalah rumah
tangga dan wanita.
5.
Para sahabiyah
pula mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam penyebaran sunnah Rasulullah. Mereka senantiasa bertanya bila ada perkara-perkara yang tidak
difahami dan diketahui hukumnya, dan mengajarkan kepada muslimah lainnya.
Rasulullah juga menitikberatkan pendidikan muslimah dengan menyediakan waktu
khusus untuk majelis mereka (lihat Musnad Ahmad hlmn 85 juz 13 hadis ke-7351
dan Fathul Bari jld 1 hlmn206). Sehingga mereka telah menjadi wanit-wanita
terpelajar dan menebar teladan untuk ummat, di saat para wanita hanya menjadi
budak dunia dan hamba sahaya di Eropa sana.
6.
Pengaruh para
da’i dan utusan yang dikirim ke daerah-daerah.Sejak bai’at Aqabah pertama Rasulullah saw telah mulai mengirimkan utusan,
iaitu Mus’ab bin Umair untuk mengajarkan Islam kepada penduduk Medinah. Setelah
hijrah terutama saat berlaku perjanjian Hudaibiyah, Rasulullah saw mengirimkan
da’i-da’i kepada kabilah-kabilah sekitar Medinah dan di pelosok-pelosok negeri
untuk mengajarkan hukum dan sistim kehidupan Islam. Rasulullah saw senantiasa
mengarahkan setiap utusan untuk berdakwah kepada Allah dengan hikmah dan
nasihat yang baik, serta tidak mempersulit apapun, hendaknya mempermudah dan
memberi kabar gembira, sehingga dakwah akan mudah diterima oleh pelbagai
kalangan. Di antara contohnya iaitu: wasiat Rasulullah saw kepada Muaz bin
Jabal dan Abu Musa al-Anshari ketika keduanya diutus ke Yaman.(lihat sahih
Bukhari, juz 3 hlmn 72. pengiriman untusan itu terjadi pada tahun 7 H). Begitu
pula nasihat dan motivasi Beliau kepada Ali bin Abi Thalib ketika diutus ke
Yaman sebagai qadhi.(Musnad Imam Ahmad, juz 2, hlmn 72, hadis ke-666, melalui
isnad sahih.) disamping itu, Rasulullah saw juga mengirimkan utusan kepada
raja-raja diantaranya kepada; kaisar Romawi (lihat sirah Ibnu Hisyam juz 4 hlmn
279 dan sahih Muslim juz 3 hlmn 1393 dan 1397, da lihat pula keterangan tentang
para utusan kepada raja-raja dan para gubernur secara terperinci dalam kitab
al-Mishah al-Mudli’, hlmn 60-114), kepada gubernur Bashrah, gubernur Damaskus
(wilayah ekuasaan Helakrius), al-Najasyi (Raja Habsyhah), Kisra (raja Persia)
dan al-Munzir bin Sawi (Raja Bahrain). Selain itu Beliau juga menulis surat ke
Aman, Yamamah dan daerah-daerah lain. Bagi setiap kaum atau kabilah yang
memeluk Islam, Rasulullah saw akan mengangkat seorang gabenor dari mereka dan
mengirimkan sahabat untuk mengajarkan Islam kepada mereka.
7.
Fathu’l Makkah
yang terjadi setelah Musyrik Qurays melanggar perjanjian Hudaibiyah pada tahuan
8 H, dimana Rasulullah saw menyeru semua kabilah yang
telah memeluk Islam umtuk hadir di Medinah pada bulan Ramadhan. Bersama 10.000
mujahid, Beliau berangkat ke Makkah. (lihat sirah Ibnu Hisyam, juz 4 hlmn 17).
Setelah berhasil menaklukkan Makkah tampa pertumpahan darah dan menghancurkan
berhala-berhala, Rasulullah saw berpidato di depan semua muslimin dan
musyrikin. Kemudian semua manusia secara serentak membai’at Rasululllah saw.
Peristiwa bersejarah tersebut, disaksikan oleh banyak sahabat dalam jumlah yang
tidak terhad, sehingga semua yang hadir saat itu, menyampaikan pidato
Rasulullah ke pelbagai kawasan.
8.
Haji wada’ pada
bulan Zulhijjah tahun 10 H, juga merupakan perstiwa penting dalam sejarah
penyebaran sunnah Rasulullah saw. Beliau
menunaikan ibadah haji bersama sekelompok besar sahabat yang berjumlah sekitar
90.000 orang (tedapat perbezaan riwayat tentang jumlah kaum muslimin yang ikut
hadir pada haji wada,. Menurut satu riwayat dari Abu Zur’ah, jumlahnya 40.000
orang sahaja. Lihat Talqih Ahl al-Atsar hlmn 27). Ketika wuquf di Arafah,
Beliau berpidato dengan tajuk yang lengkap dan mencakup pelbagai persoalan
agama. Dan Beliau berwasiat agar sahabat yang hadir, menyampaikan kepada yang
tidak hadir.
9.
Setelah
penaklukkan Makkah dan haji Wada’, utusan-utusan dari pelbagai kawasan dan
kabilah datang ke Medinah untuk membai’at Rasulullah dan bersatu di bawah panji
agama Allah. Rasulullah menyambut baik setiap utusan yang
datang dan mengajari mereka tentang Islam dan sistim kehidupannya. Sebahagian
mereka bermukim di Medinah beberapa hari sebelum kembali ke kaumnya
masing-masing untuk menyampaikan ajaran Islam. Sehingga mereka melihat dengan
jelas perilaku dan ibadah yang dicontohkan secara langsung oleh Rasulullah dan
mendengar hadis-hadis dari Beliau. Diantara utusan-utusan tersebut adalah:
Dhimam bin Tsa’labah, Abdul Qais, utusan Bani Hanifah, Thai, Kindahm Azdasynuah
dan utusan raja-raja Himyar. Selain itu ada pula utusan dari kabila Hamdan dan
Tujaib, Bani Sa’d, Huzaim dan masih banyak lagi.(lihat Sirah Ibnu Hisyam juz 2
hlmn 221).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar